Pekalongan– Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, setelah syahadatain dan shalat, sebagaimana sabda nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
بÙÙ†ÙÙŠÙŽ الإÙسْلاَم٠عَلَى خَمْسÙ: شَهَادَة٠أَنْ لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا اللَّه٠وَأَنَّ Ù…ÙØَمَّدًا رَسÙول٠اللَّهÙØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùقَام٠الصَّلاَةÙØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùيتَاء٠الزَّكَاةÙØŒ وَصَوْم٠رَمَضَانَ وَالØَجّ٠البيت لمن استطاع إليه سبيلا
“Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang mendapatkan jalan ke sana.”
Zakat adalah bagian tertentu dari harta tertentu, dalam waktu tertentu, yang dikeluarkan dengan cara-cara tertentu juga. Jadi bagian dari harta yang dikeluarkan atau disalurkan disebut dengan zakat, sebab zakat yang dikeluarkan itu akan menyempurnakan kebaikan harta, dan membersihkan noda-noda harta tersebut. Di samping itu pula zakat akan mensucikan jiwa pemilik harta.
Sebagaimana yang tersurat dari firman Allah SWT:
Ø®Ùذْ Ù…Ùنْ أَمْوَالÙÙ‡Ùمْ صَدَقَةً تÙطَهّÙرÙÙ‡Ùمْ وَتÙزَكّÙيهÙمْ بÙهَا
“Ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), supaya dengannya engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka (dari akhlak yang buruk).
Orang yang menunaikan zakat termasuk golongan ahli syurga, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala dalam surah adz-Dzariyaat : 15 – 18
Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ الْمÙتَّقÙينَ ÙÙÙŠ جَنَّات٠وَعÙÙŠÙون٠(١٥) آخÙØ°Ùينَ مَا آتَاهÙمْ رَبÙّهÙمْ Ø¥ÙنَّهÙمْ كَانÙوا قَبْلَ Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ Ù…ÙØْسÙÙ†Ùينَ (١٦) كَانÙوا Ù‚ÙŽÙ„Ùيلا Ù…ÙÙ†ÙŽ اللَّيْل٠مَا يَهْجَعÙونَ (١٧) وَبÙالأسْØَار٠هÙمْ يَسْتَغْÙÙرÙونَ (١٨) ÙˆÙŽÙÙÙŠ أَمْوَالÙÙ‡Ùمْ Øَقٌّ لّÙلسَّائÙل٠وَالْمَØْرÙوم٠(١٩)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air. Sambil menerima segala pemberian tuhan mereka, sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
Orang yang mengeluarkan zakat termasuk dalam golongan orang mukmin yang berhak mendapatkan rahmat dari Allah. At-Taubat, ayat: 71.
وَالْمÙؤْمÙÙ†Ùونَ وَالْمÙؤْمÙنَات٠بَعْضÙÙ‡Ùمْ أَوْلÙيَاء بَعْض٠يَأْمÙرÙونَ بÙالْمَعْرÙÙˆÙ٠وَيَنْهَوْنَ عَن٠الْمÙنكَر٠وَيÙÙ‚ÙيمÙونَ الصَّلاَةَ ÙˆÙŽÙŠÙؤْتÙونَ الزَّكَاةَ ÙˆÙŽÙŠÙØ·ÙيعÙونَ اللّهَ وَرَسÙولَه٠أÙوْلَـئÙÙƒÙŽ سَيَرْØÙŽÙ…ÙÙ‡Ùم٠اللّه٠إÙنَّ اللّهَ عَزÙيزٌ ØÙŽÙƒÙيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at pada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Harta yang dikeluarkan zakatnya akan berkembang dan bertambah. Ini sesuai dengan janji Allah Subhanahu wata’ala. Al-Baqarah, ayat: 286.
يَمْØَق٠اللّه٠الْرّÙبَا ÙˆÙŽÙŠÙرْبÙÙŠ الصَّدَقَات٠وَاللّه٠لاَ ÙŠÙØÙبّ٠كÙلَّ ÙƒÙŽÙَّار٠أَثÙيمÙ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Orang yang mengeluarkan zakat pada hari kiamat akan di naungi Allah dari panas yang menyengat.
Sebagaimana hadits nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
قَالَ النَّبÙيّ٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ، سَبْعَةٌ ÙŠÙظÙلّÙÙ‡Ùم٠اللَّه٠ÙÙÙŠ ظÙلّÙÙ‡ÙØŒ يَوْمَ لاَ ظÙلَّ Ø¥Ùلَّا ظÙلّÙÙ‡Ù: … وَرَجÙÙ„ÙŒ تَصَدَّقَ بÙصَدَقَة٠ÙَأَخْÙَاهَا Øَتَّى لَا تَعْلَمَ ÙŠÙŽÙ…ÙينÙه٠مَا تÙنْÙÙÙ‚Ù Ø´ÙمَالÙÙ‡Ù ]
Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: Tujuh golongan pada hari kiamat nanti yang akan mendapat naungan dari Allah di saat tiada naungan selain naungan-Nya.Di antaranya seorang laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.
Zakat mensucikan harta, akan menjadikan harta bertambah, serta akan menjadi sebab terbuka pintu rizki bagi pemiliknya.
Sebagaimana hadits rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ Ù…Ùنْ مَالÙ
Harta yang dikeluarkan zakat atau sedekahnya tak akan berkurang.
Harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi sebab tercurahnya kebaikan bagi pemilik harta tersebut dan bagi yang tidak mau mengeluarkan zakatnya akan membendung mengucurnya kebaikan itu padanya.
Dalam hadits nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di jelaskan:
وَلَمْ يَمْنَعÙوا زَكَاةَ أَمْوَالÙÙ‡Ùمْ، Ø¥Ùلَّا Ù…ÙÙ†ÙعÙوا الْقَطْرَ Ù…ÙÙ†ÙŽ السَّمَاءÙØŒ وَلَوْلَا الْبَهَائÙم٠لَمْ ÙŠÙمْطَرÙوا
“Jika suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, maka mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.”
Zakat akan menghapus kesalahan dan dosa-dosa. Dalam hadits Mu’adz bin Jabal, bahwa nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda
وَالصَّدَقَة٠تÙطْÙÙئ٠الْخَطÙيْئَةَ كَمَا ÙŠÙطْÙÙئ٠الْمَاء٠النَّارَ
Sedekah itu menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api.
Zakat dapat memperbaiki akhlak muzaki, dan menyenangkan hatinya. Orang yang mengeluarkan zakat akan selamat dari golongan orang yang bakhil, dan masuk dalam golongan orang-orang yang dermawan, itu akan menggembirakan hatinya. Karena sesungguhnya tiap orang yang menyerahkan hartanya dengan kerelaan dan kemurahan hatinya, maka secara otomatis jiwanya akan merasakan senang dan gembira.
Zakat akan menjaga dan memelihara dari pandangan negatif orang fakir miskin, serta melindungi dari tangan orang yang berbuat jahat.
Zakat merupakan realisasi rasa syukur yang telah di anugrahi nikmat berupa harta oleh Allah -subhanahu wa ta'ala-.