Kota Pekalongan (Humas) — Dalam upaya memperkuat kerukunan antarumat beragama sebagai fondasi ketahanan bangsa, Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan bersinergi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan menggelar kegiatan bertajuk “Pembinaan Umat Beragama” pada Sabtu (26/7/2025). Mengusung tema “Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Ketahanan Bangsa,” kegiatan ini diikuti oleh berbagai tokoh lintas agama, termasuk dari Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, serta perwakilan dari sejumlah organisasi masyarakat Islam di Kota Pekalongan.
Hadir sebagai narasumber utama, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag RI, H.M. Adib Abdushomad, M.Ag., M.Ed., Ph.D., atau yang akrab disapa Gus Adib. Turut hadir pula Kepala Kantor Kemenag Kota Pekalongan, Dr. H. Kasiman Mahmud Desky, jajaran kepala seksi, serta para tokoh agama dan pemuda lintas iman. Acara ini menjadi ruang strategis untuk memperkuat dialog, membangun pemahaman, dan mencari solusi bersama dalam menjaga harmoni kehidupan beragama di tengah masyarakat yang beragam.
Dalam pemaparannya, Gus Adib memperkenalkan tiga pendekatan inovatif yang dikembangkan oleh PKUB Kemenag RI untuk merawat dan memperkuat kerukunan umat beragama di Indonesia, yakni The Golden Pathways (TGP), Structured Democratic Dialogue (SDD), dan Harmonising the EGO.
TGP, dijelaskan Gus Adib, merupakan metode yang melibatkan semua kelompok agama secara setara dalam proses perumusan kebijakan. Dengan mengedepankan dialog yang inklusif dan saling memahami, pendekatan ini bertujuan menciptakan keputusan bersama yang mencerminkan keberagaman dan memperkuat kerukunan.
Sementara itu, SDD merupakan metode dialog demokratis yang dirancang secara terstruktur. Pendekatan ini mengajak berbagai pihak berdialog untuk menemukan akar persoalan dan merumuskan solusi bersama secara damai. Dengan demikian, kepercayaan antar kelompok dapat dibangun dan potensi konflik bisa dikelola dengan lebih bijak.
Pendekatan ketiga, Harmonising the EGO, lebih menitikberatkan pada pengelolaan ego pribadi, khususnya bagi para pemimpin keagamaan dan pembuat kebijakan. Dengan meningkatkan kesadaran diri dan empati, diharapkan muncul pola kepemimpinan yang kolaboratif, rendah hati, dan mampu merangkul perbedaan. Tiga pendekatan ini diharapkan menjadi strategi konkret dalam menjaga keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Lebih lanjut, Gus Adib juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda, khususnya kalangan milenial dan gen Z, dalam upaya merawat kerukunan. Ia mencontohkan program seperti Ngopi Bareng Kerukunan sebagai cara sederhana namun berdampak besar dalam membangun komunikasi lintas iman yang lebih santai dan dekat dengan anak muda. “Lakukan program sesuai zaman sekarang. Rangkul anak-anak muda lewat kegiatan yang relevan. Small program with huge impact,” tegasnya.
Tak hanya itu, Gus Adib juga mendorong agar pendekatan sosial dan kebudayaan lebih dioptimalkan dalam membangun relasi antarumat beragama. Ia menekankan pentingnya kehadiran program-program kerukunan di ruang digital, seperti media sosial, untuk menyuarakan perdamaian secara lebih luas. “Let’s contributing to peace together,” pungkasnya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan, Dr. H. Kasiman Mahmud Desky, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi antarumat beragama di Kota Pekalongan. Ia berharap pembinaan semacam ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan dan inovatif agar semangat kerukunan dapat tetap hidup dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
“Kerukunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau tokoh agama saja, tapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Mari kita terus jaga dan rawat kebersamaan ini demi Kota Pekalongan yang damai dan harmonis,” ujar Dr. Kasiman.
Kegiatan “Pembinaan Umat Beragama” ini mencerminkan komitmen nyata dari Kemenag dan FKUB dalam menjaga toleransi dan harmoni di tengah keragaman, sekaligus menjadi ruang dialog konstruktif untuk merespons tantangan kehidupan beragama di era modern.



