Pekalongan – Alunan Qasidah Shimtudduror mengawali acara puncak peringatan maulidurrosul yang digelar pada Minggu (17/1) di Gedung Kansus Sholawat Jalan Dr Wahidin. Acara dimulai pukul 09.00 WIB, dengan dihadiri puluhan ribu lebih umat muslim dari berbagai daerah, memadati jalan Dr Wahidin di depan Gedung Kanzus Sholawat, serta berbagai ruas jalan menuju ke arah Kanzus Sholawat dan Jalan Dr Wahidin. Mereka duduk bersama merayakan hari kelahiran junjungan Nabi Agung Muhammad SAW.
Puncak peringatan Maulid Nabi di Kanzus Sholawat kali ini cukup istimewa, karena dihadiri belasan ulama thariqah dari sejumlah negara. Beberapa diantaranya memberikan mauidloh khasanah.
Penceramah pertama dalam acara maulid ini adalah Syekh Azis Al Idrissi dari Maroko. Dia menyampaikan bahwa perayaan Maulid merupakan kebahagiaan kita semua. Peringatan maulid bisa juga untuk memperkuat tali silaturahmi dan solidaritas. Beliau menuturkan, peringatan maulid menjadi momentum tepat untuk senantiasa mengikuti suri tauladan Rasulullah SAW. Serta terus meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW. “Kesempurnaan manusia tidak akan tercapai tanpa keimanan, kecintaan dan kepatuhan pada Rasululah SAW,” tuturnya.
Penceramah berikutnya, Habib Zeid bin Abdurahman bin Yahya dari Yaman, peringatan Maulid sebagaimana yang dilaksanakan di Kanzus Sholawat itu merupakan majelis mulia. Sebab, mengajak untuk selalu mengingat Allah SWT dan mengingat Rasulullah. “Dengan mengingat Allah SWT, maka Allah SWT akan mengingat kita,” jelasnya. Beliau mengungkapkan pula bahwa tidak ada majelis yang lebih mulia daripada majelis yang mengumandangkan sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. “Merugilah orang yang tidak dianugerahi cinta, dan tidak menghormati Nabi Muhammad SAW,” imbuhnya.
Berturut-turut kemudian, tausyiah disampaikan oleh Syekh Aun al Qaddaumi dari Yordania, lalu oleh Syekh Adnan Al Afiyuni dari Syiria.
Dalam tausyiahnya, Syekh Adnan menegaskan bahwa sekelompok manusia yang membuat kerusakan dengan berdalih untuk agama Allah SWT adalah dusta belaka. Demikian pula apabila ada pihak yang berbuat kekerasan ataupun menyerukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. “Yang mengatakan bahwa agama Islam adalah kejam, itu adalah dusta. Nabi Muhammad SAW tidak mengajarkan kekerasan. Nabi Muhammad SAW senantiasa memaafkan, bahkan kepada orang munafik sekalipun. Beliau memaafkannya,” tegas Syekh Adnan. Habib Umar al Muthohar dari Semarang juga ikut memberikan tausiyahnya.
Setelah shalat Dzuhur berjamaah, acara dilanjutkan dengan pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW dipimpin oleh Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. Dilanjutkan dengan qasidah Samer/gambus, sembari para hadirin menikmati hidangan khas maulid, berupa nasi kebuli berikut lauknya, acara diakhiri dengan doa penutup.