من أخبار جØا
إجتمع جØا ÙÙŠ Ø£Øد الأيام بشخص لم يعرÙÙ‡ من قبل ØŒ Ùأخذ جØا ÙŠØدثه كأنهما صديقان قديمان . Ùˆ لما أراد الرجل أن ينصر٠سأله جØا لو سمØت يا سيدي ØŒ إني لم أعر٠Øضرتك بعد ØŒ Ùمن أنت ØŸ Ùˆ ما إسمك ØŸ قال الرجل : Ùˆ كي٠تØدثني بهذه الصورة كأن بيننا معرÙØ© سابقة ØŸ Ùقال جØا : لا تؤاخذني Ùقد رأيت ملابسك مثل ملابسي Ùظننت أنك أنا .
☻☻☻☻☻☻☻☻☻
Øضر Ø£Øد أصدقائه ذات مرة Ùˆ قال له : من Ùضلك يا صديقي العزيز ØŒ أكتب لي خطابك إلى صديق لي ÙÙŠ بغداد ØŒ Ùقال له جØا : أسألك بالله أن تتركني ØŒ Ùلا وقت لدي الآن لأذهب إلي بغداد . Ùجرى الرجل وراءه Ùˆ أمسك به Ùˆ هو يقول : لماذا تذهب إلى بغداد إذا كتبت لي خطابك ØŸ Ùأجاب جØا : إن خطي لا يقرأه Ø£Øد غيري ØŒ Ùإذا كتبت رسالة وجب علي أن أقرأها Øتى ÙŠÙهم ما Ùيها .
☺☺☺☺☺☺☺
ذهب جØا مع ابنه يوما إلى Ø¥Øدى القرى Ùˆ ترك ابنه يركب الØمار Ùˆ مشى هو ØŒ Ùقابله بعض الرجال Ùقالوا : عجبا من هذا الزمان ØŒ أنظروا كي٠يركب الغلام Ùˆ يترك والده الشيخ العجوز يمشي على قدميه ØŸ Ùقال ولد جØا : يا أبي ØŒ ألم أقل لك أأركب أنت ØŸ Ùˆ لما نزل الغلاام Ùˆ ركب جØا Ùقابلهما جماعة Ùقالوا : عجبا لهذا المنظر ØŒ الشيخ القوي يركب Ùˆ يترك هذا الغلام الصغير يمشي . Ùأخذ جØا ابنه من يده ليجلس وراءه على ظهر الØمار ØŒ Ùˆ لما مشى قليلا قابلهما قوم آخرون Ùقالوا : هذا الرجل ليس عنده رØمة بالØيوان. كي٠يركب هو وابنه على ظهر هذا الØمار الضعي٠؟ Ùنزل هو Ùˆ ابنه Ùˆ تركا الØمار أمامهما يركض Ùˆ هما يمشيان . Ùرآهما أناس Ùقالوا : ما هذا الذي نراه ØŸ لماذا هما يتركان الØمار يركض Ùˆ يمشيان ÙÙŠ هذا الجو الØار ØŸ Ùقال جØا : يا ناس ØŒ ألايعجبكم شيء أبدا ØŸ لم يبق غير أن نمشي Ù†ØÙ† Ùˆ يركب الØمار Ùوقنا .
Penjelasannya :
Di atas adalah sebagian cerita lucu / jenaka mirip Abu Nawas yang bisa kita ambil hikmahnya. Tokoh utama cerita yaitu Joha. Cerita pertama : Pada suatu hari Joha bertemu dengan seorang laki-laki yang belum dikenalnya sebelumnya. Singkat cerita, mereka berdua terlibat suatu percakapan yang sedemikian, seolah mereka dua orang sahabat kental yang sudah lama kenal. Ketika laki-laki tadi kemudian mau permisi/undur diri, Joha bertanya,”wahai tuan, sesungguhnya aku belum pernah mengenal anda, maka siapakah anda? Siapa nama anda?” Laki-laki tadi menjawab,”Bagaimana mungkin anda bercakap-cakap/ngobrol denganku sedemikian renyah seolah-olah kita berdua sudah lama kenal?” Jawab Joha,”Jangan begitu, aku lihat pakaian anda seperti pakaianku, sehingga aku punya prasangka bahwa anda adalah saya.”
☻☻☻☻☻
Cerita kedua : Seorang teman menemui Joha pada suatu hari dan berkata kepadanya,’Wahai temanku yang setia, tolonglah aku tuliskan surat kepada salah seorang temanku di Baghdad.” Maka Joha menjawab,”Sungguh tinggalkan aku sekarang (janganlahlah meminta tolong kepadaku sekarang ini), karena sekarang aku masih sibuk tidak punya waktu untuk ke Baghdad.” Maka temannya itu tercengang sesaat, lalu bertanya,”Buat apa engkau pergi ke Baghdad, kan aku hanya meminta tolong kepadamu untuk menulis surat buat temanku ke Baghdad? Maka Joha menjawab,”Sesungguhnya tulisanku jelek, tida kada yang bisa memahami tulisanku kecuali aku sendiri, maka jika aku menulis surat, wajib bagiku untuk membacakannya hingga surat itu bisa dipahami.”
☺☺☺☺☺
Cerita/kisah ketiga: Pada suatu hari Joha pergi ke kota bersama putranya, sedangkan putranya itu menunggang keledai, Joha sendiri jalan kaki. Maka sekelompok pemuda melihat hal itu lalu berkomentar,”Wahai alangkah aneh zaman sekarang, lihatlah bagaimana mungkin seorang anak menunggang keledai sedangkan ayahnya yang tua renta ditinggal berjalan kaki di depannya? Maka putra Joha berkata,”Wahai ayah, bukankah aku sudah mengatakan, ayah menunggang keledai saja.” Maka setelah putra turun dari keledai dan Joha ganti naik keledai, mereka bertemu dengan sekelompok orang, lalu mereka berkata: “Aneh sekali pemandangan pada hari ini, lihatlah seorang laki-laki dewasa yang masih kuat menunggang keledai, sedangkan putranya yang masih kanak-kanak ditinggalkan berjalan sendirian.” Maka seketika itu juga Joha menggapai anaknya serta menaikkannya ke punggung keledai dan mendudukkannya di belakang dia sendiri. Setelah berjalan sedikit, mereka berjumpa dengan segolongan orang yang berkata,”Pria ini tidak punya rasa belas kasih kepada hewan. Bagaimana mungkin ia beserta anaknya menunggangi sekor keledai yang lemah tidak berdaya? Maka Joha beserta anaknya turun dari punggung keledai, serta membiarkan keledai itu beristirahat/berlenggang tanpa beban apapun, sedangkan mereka berdua berjalan di tengah hari yang panas terik. Melihat hal itu, sekumpulan orang berkomentar:”Pemandangan apa pula ini? Mengapa mereka membiarkan keledai melenggang sedangkan mereka berdua berjalan pada hari yang panas terik ini? Maka Joha berkata:’wahai manusia, apakah kalian selalu terheran-heran/ta’ajub terhadap segala hal yang berlangsung? Padahal kami belum berjalan sambil memanggul keledai.
Dari ketiga cerita ini, kita bisa mengambil beberapa hikmah :
- Bahwa cerita lucu/jenaka berguna untuk mencairkan suasana yang kaku (istilahnya : ice breaking), dan itu bermanfaat untuk menjalin persahabatan. Hanya cerita yang dipilih untuk disampaikan hendaknya mengikuti situasi dan kondisi, agar tidak terkesan jorok/vulgar ataupun menyinggung perasaan lawan bicara
- Pada cerita pertama, berguna untuk mencairkan suasana apabila kita telah / hendak bercakap-cakap/ngobrol dengan seseorang, baik yang telah kita kenal, namun kita lupa namanya, ataupun orang yang belum kita kenal namun kita telah terlibat pembicaraan serius/cukup lama bersamanya.
- Pada cerita kedua, itu merupakan majaz perendahan hati terhadap kemampuan menulis/ hasil tulisan kita, artinya kita tidak boleh sombong terhadap bagusnya tulisan kita, namun kita juga tidak perlu rendah diri/kecil hati apabila tulisan/karya kita tidak baik/kurang bisa terbaca secara jelas. Sebab lain penulis, lain gayanya, walau sama medianya (pensil ataupun kertasnya sama).
- Pada cerita ketiga, menyangkut pendapat orang yang berbeda-beda. Artinya apapun kelakuan kita, mesti ada sisi negatif yang orang berkomentar mengenainya. Ibaratnya, Rasulullah pun yang sedemikian mulia akhlaq atau perilakunya, namun ada orang yang mengejek/mencibir dan mencemoohkannya. Jadi apabila kita sudah berniat melakukan suatu pekerjaan baik, mantap saja (jalani dengan mantap), tidak peduli orang akan berkomentar apapun. Dan itu sudah disinggung dalam Al-Qur-an Surat Al-Ma’arij : 19 – 21 :
* ¨bÎ) z'»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ #sÂŒÎ) çm¡¡tB •Ž¤³9$# $Yãrâ“y_ ÇËÉÈ #sÂŒÎ)ur çm¡¡tB çÂŽöÂsƒø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,
Jadi pada intinya manusia selalu berkeluh kesah terhadap setiap kejadian. Umpamanya pada hari cerah, matahari bersinar terang, maka manusia mengeluh mengeluh alangkah enaknya apanbila suasana mendung/hujan. Apabila hari mendung/berawan, maka manusia berkeluh kesah / berkomentar kembali mendung kok seharian, sehingga cucian tidak kering-kering, mbok kalau mau ujan ya ujan, kalau mau panas ya panas, jangan setengah-setengah.kalau pas hari huja, manusia kembali berkeluh kesah kok hujan terus, mau keluar mau pergi jadi repot, dsb. Itulah manusia.
Pekalongan, 06 Juni 2014
Saifudin Syakib Arsalan
NIP. 19741108 200212 1 001