Pekalongan – Hari Santri Nasional merupakan realisasi janji pemerintah dalam rangka memberikan apresiasi dan penghargaan kepada ulama, santri dan seluruh umat Islam dalam kontribusinya memerdekakan bangsa dari penindasan penjajah. Melalui resolusi jihad tanggal 22 Oktober yang disemangati oleh K.H. Hasyim Asy’ari menjadikan lahirnya rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Demikian disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan, H. Imam Tobroni, S.Ag, MM pada acara saresehan dan Istighosah memperingati Hari Santri Nasional PC RMI Kota Pekalongan di Pon-Pes Al-Qur’an Buaran, Sabtu Malam (31/10).
“Harapannya umat Islam khususnya para santri dapat semakin terdorong untuk berkompetisi dalam mengisi pembangunan. Sekarang semua komponen tak terkecuali para santri mempunyai peluang sama untuk berebut menjadi yang terbaik dan berprestasi, kuncinya dengan ilmu pengetahuan, akses pembangunan dapat sekali ditempati oleh para santri manakala santri memiliki kemampuan dan keterampilan keilmuan di berbagai bidang,”Jelas Imam lebih lanjut. Kegiatan diikuti oleh ribuan santri dan umat Islam, acara juga diisi ceramah oleh sejumlah ulama dan habaib Kota Pekalongan.
Ada beberapa ulama yang membantu penguatan resonansi Resolusi Jihad ini. Mereka diantaranya KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syamsuri (Jombang), KH M Dahlan, KH Tohir Bakri (Surabaya), KH Ridwan Abdullah, KH Sahal Mansur, KH Abdul Djalil (Kudus), KH M Ilyas (Pekalongan), KH Abdul Halim Siddik (Jember), dan KH Saifudin Zuhri.
22 Oktober dipandang layak untuk menjadi momentum Hari Santri Nasional, menyusul kontribusi perjuangan umat Islam khususnya para santri untuk bangsa dan negara yang melintasi sekat agama, etnis dan kelompok sosial. Itu semua telah menjadi catatan sejarah negeri ini.