Kota Pekalongan – Kaliloji kini tak ada yang peduli. Kali yang juga mendapat sapaan kali Kupang tak cantik lagi. Wajahnya tak bersih lagi. Aroma parfumnya tak lagi wangi bak perawan berdandan. Tubuhnya tak semolek dulu lagi.
Sekarang tak ada lagi kaum laki, perempuan, anak remaja, dan anak kecil bermanja dengan basahan air lagi. Tak ada lagi ciblonan, tak ada lagi saling siratan, saling siraman di antara kami. Ikan wader, lele, betik, sepat, deleg, urang satang, sampai ikan sindik dan wader pitak semuanya raib. Hanya genjer, apon-apon, dan tumbuhan air yang liar memeluk tubuh kali semakin erat sehingga airpun nyaris tak sempat pamer warna. Bau menyengat memenuhi hidung tak lagi kuasa hindari.
Anak-anak kota tak lagi bisa mancing gratis seperti di desa. Sementara anak-anak desa menjadi cagar budaya Indonesia menjaga keseimbangan alam lingkungan. Namun demikian tokoh-tokoh lintas agama belum lagi gagu masih ingin bicara, belum lagi tuli masih ingin mendengar, belum lagi buta, masih ingin memandang keindahan.
Tiga tokoh agama Islam, Konghucu, Kristen dan tokoh lintas agama seluruhnya ingin merawat keelokan Kaliloji. Kepedulian tokoh-tokoh agama terhadap Kaliloji diaktualisasikan melalui pesan budaya pemeranan lakon Drama Musikal yang digelar berkenaan Natal Bersama Umat Kristiani Kota Pekalongan pada Selasa, 7 Januari 2020 Pukul 19.30 wib di GOR Jetayu Pekalongan.