Kota Pekalongan – Sehari sebelum hari Natal tiba, Selasa, (24/12/2019) Walikota Pekalongan, Saelany Machfudz disertai Forkompinda, dan Ketua FKUB Drs. H. Ahmad Marzuqi, M.Pd.I mengadakan kunjungan ke beberapa gereja di Kota Batik. Iringan mobil peserta kunjungan meninggalkan Kantor Sekretariat Daerah pukul 08.30 wib dan Rombongan meluncur menyusuri Jalan Sudirman sampai Posis meluncur ke Utara menuju Gereja Gepembri di Jalan Tondano. Gereja yang khutbahnya menggunakan bahasa Mandarin ini digembalakan Pdt. Lukas Koestedjo.
Kedatangan Walikota disambut hangat oleh jemaat gereja yang letaknya tidak jauh dengan Kanzuz Sholawat ini. Pendeta Lukas menjelaskan kondusifitas gereja menjelang datangnya hari Natal.
Usai dari Gepembri, rombongan menuju Gereja Kristen Indonesia (GKI) depan studio Batik TV. Gereja legendaris berada di kawasan Jetayu ini berdekatan Masjid Jamik Ak-Ikhlas. Selanjutnya menuju Gereja Kristen Jawa (GKJ) yang letaknya bersebelahan dengan GKI. Pdt. Dwi Argo Mursito, terbilang pendeta termuda di Kota Pekalongan. Pendeta asal Yogyakarta ini wisuda magister dan baru melangsungkan pernikahan.
Kunjungan dilanjutkan ke Gereja Maranatha di Jalan Diponegoro yang berdekatan dengan Kantor Kapolres. Setiap gereja di Kota Pekalongan mendapat pengamanan penuh dari Satpol PP dan Babinsa. Usai dari gereja di Jalan Diponegoro, rombongan menuju Gereja Bethel yang bersebelahan dengan PLN bahkan halamannya setiap Minggu digunakan untuk parkir jemaat. Namun pengelola gereja ini menganjurkan jemaatnya agar menggunakan jasa Gocar untuk menghindari kemacetan.
Kegiatan diakhiri di Pos Pengaman Natal dan Tahun Baru kawasan THR berdekatan dengan Masjid Syuhada. Setelah sebelumnya juga berkunjung ke Pos Pengaman di lokasi lain. Kunjungan Walikota yang didampingi Dandim 0710, Kapolres, Kajari, disertai Ketua FKUB ini mendapat apresiasi luar biasa dari umat Nasrani yang akan merayakan Hari Natal esok harinya.
Toleransi di Kota Pekalongan luar biasa. Kebebasan beribadat di Kota Batik ini mendapat jaminan pengamanan. Pemkot Pekalongan menghindari sikap intoleransi terhadap umat beragama. Pekalongan yang sebelumnya dikenal daerah bersumbu pendek, kini nyaris tak bersumbu lagi. Hal ini berkat sinergitas Pemerintah dan FKUB yang beranggotakan para tokoh dari berbagai agama yaitu Islam, Protestan, Katolik, Konghucu, Budha, dan Hindu.
Diharapkan ke depan di samping mendapat gelar Kota Batik Dunia, juga masyarakat berharap menjadi Kota Ramah Agama.