Kota Pekalongan – Dalam rangka Hari Jadi Ke-113 Kota Pekalongan yang bertajuk “Rasa Swarga Gapurabing Bhumi” dan mengusung tema “Pahatkan Pesona Karya Sejahtera Mandiri Tenggelam Bersama Budaya”, Panitia menggelar Sarasehan Dialek Pekalongan dengan topik “Gresek Sing Rigel Ben Kalongan Tambah Sakpore” di Ruang Amarta, Sabtu, 6 April 2019.
Pada pintu masuk sudah diberikan peringatan tertulis bahwa memasuki ruang sarasehan harus berbahasa Jowo ngKalonganan. Sejak acara ini dibuka pukul 09.00 wib, protokol sudah berbahasa Jowo ngKalonganan. Selanjutnya menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Usai melantunkan lagu yang diciptakan WR. Supratman ini diteruskan doa bahasa Jowo ngKalonganan yang disampaikan Ketua FKUB Ahmad Marzuqi.
Acara istimewa ini diisi sambutan Panitia dan diteruskan laporan oleh Kepala Dinparbudpora. Kemudian Walikota membacakan puisi setelah sebelumnya memberikan arahan dan membuka secara resmi sarasehan ini. Jeda acara ditampilkan musisi Kalongan Raprock Akustik Mas Jay. Musik ini mengiringi lagu-lagu berdialek Pekalongan. Dalam kesempatan ini tampil juga Arif Dirhansyah membacakan naskah sastra etnik berjudul “Mbah Bahu Nganyak Ring Betawi”.
Narasumber Sarasehan ngKalonganan menghadirkan Dra Iyeng Sri Setyawati, MH penulis kolom Megonoan di Suara Merdeka dan Sidiq An-Naja dari Teater Omah Budaya, serta Ribut Akhwandi, Pegiat Sastra Omah Sinau Sogan.
Saat diminta komentarnya, Ahmad Marzuqi menyatakan acara istimewa sekaligus sebagai aktualisasi Al-Quran Surat Rum ayat 22 bahwa di antara tanda-tanda kebesaran Allah ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan dialek, dan warna kulit. “Sungguh ini tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang tahu,” tandas Marzuqi.