Pekalongan- Kepala KUA Kecamatan Pekalongan Utara, Kasiman Mahmud Desky, M.Ag, memberikan tausiyah/ siraman rohani Ramadhan atau tujuh menit pengajian (tumpeng) bagi pegawai Kemenag di Mushola Al Ikhlas Kantor Kemenag, Selasa (07/07) dengan tema I’tikaf sebagai media komunikasi dengan pencipta. “Menurut bahasa, i’tikaf dapat diartikan dengan menahan diri dari pada sesuatu, atau menetap di suatu tempat walaupun hanya sekejap. Sedangkan menurut istilah syara’, i’tikaf dapat diartikan dengan menetap dan tinggal di dalam masjid dengan tujuan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.”kata Kasiman mengawali tumpengnya.
“Rukun i’tikaf adalah niat , beragama Islam, berakal, suci dari hadats, tetap berdiam diri di masjid. Para ulama sudah ijma’ (sepakat) bahwa i’tikaf itu disyariatkan, berdasarkan kepada perbuatan Nabi Muhammad saw.”lanjutnya.
I’tikaf adalah sunnah nabi kita Muhammad saw., nabi pernah melakukan I’tikaf selama 10 hari di akhir-akhir bulan ramadhan, dalilnya adalah seperti yang di riwayatkan oleh imam Bukhari dan imam Muslim melalui jalan sahabat Aisyah –semoga allah meridhoinya- bahwa beliau berkata;
كانرسولاللهصلىاللهعليهوسلميعتكÙالعشرالأواخرØتىتوÙاهالله،ثماعتكÙأزواجهمنبعده
“Dahulu rasulullah saw ber-I’tikaf di 10 hari terakhir bulan ramadhan sampai beliau meninggal, kemudian istri-istri beliau ber-‘itikaf walaupun nabi sudah tiada”.
Ada beberapa hal yang dapat membatalkan i’tikaf antara lain, memutuskan niatnya ketika ditengah-tengah I’tikafnya, keluar untuk berdagang, atau berziarah. Adapun membeli sesuatu seperti keperluan-keperluan maka dibolehkan, karena ini bentuk keringanan. Ketika bercumbu dengan istri hingga keluar air mani, begitu pula jima’, maka semua ulama fiqih sepakat atas batalnya I’tikaf tersebut, akan tetapi jika bercumbu yang tidak berlebihan atau menyentuh istri dengan tidak ada syahwat maka hal ini tidak apa-apa. Selanjutnya diterangkan juga mengenai “Suluk”, atau menyendiri secara bersamaan dengan diberi penutup atau batas, dahulu sering dilakukan oleh orang-orang yang sudah tua, namun sekarang sudah biasa dilakukan oleh anak-anak muda di daerah Medan, Aceh. “pada akhirnya mudah-mudahan ibadah puasa yang kita lakukan menjadi lancar, berkah dan bermanfaat bagi kita semuanya, amiin, “ pungkas Kasiman mengakhiri tumpengnya. (MM)