Pekalongan – Kegiatan tujuh menit pengajian (tumpeng) yang dilakukan sehabis sholat dluhur, secara bergantian di mushola Al Ikhlas Kantor Kemenag, Senin (06/07) mengambil tema tiga level puasa menurut Imam Al Ghozali dan disampaikan oleh K.H. Moebakir Ahmad, juga pegawai seksi Bimas Islam. “Imam Al Ghozali membagi level puasa dalam tiga tingkatan, yang pertama, puasanya orang umum (Shoumul umum), yang bisa diterjemahkan dengan puasa biasa-biasa saja (puasanya orang awam). Yaitu puasa dengan menahan lapar, dahaga dan syahwat, menjaga mulut dan alat kelamin dari hal-hal yang membatalkan puasa, misalnya ketika sedang jalan2 tercium bau sate, ke pasar melihat buah semangka, mencium baunya tidak membatalkan puasa/ tidak apa-apa (makruh),” kata Moebakir membuka pengajiannya.
Selanjutnya kedua, puasanya orang khusus (Shoumul khusus) yaitu puasa dengan menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badan dari dosa dan maksiat. Puasa level kedua adalah puasanya orang-orang salih, dan Ketiga, puasanya orang istimewa (shoumu khusushulkhusus) yaitu puasa dengan menahan hati dari segala kemaksiatan, kehendak hina, pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apapun yang selain Allah SWT. “Puasa level ketiga adalah puasanya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin, “Mudah-mudahan dibulan puasa ini, kita dapat meraihnya dengan jalan selalu menjaga mata dan penglihatan dari segala hal yang dicela agama dan dibenci Allah SWT. juga menghindarkan dari melihat segala hal yang akan melalaikan hati kita ingat kepada Allah SWT., Menjaga lisan dari berbohong, menggunjing, berbicara jorok dan berbagai keburukan lisan lainnya, serta menggunakan lisan untuk dzikir kepada Allah SWT., dan terakhir dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Inilah makna puasa bagi lisan,” jelas Moebakir.
Oleh karena itu, dari puasa yang biasa ini, marilah mulai sekarang, mata kita, tangan dan kaki kita untuk berbuat kebajikan dan kebajikan, insya Allah kita akan mendapatkan Ridho dari Allah SWT., Amin, Ya Rabbal Alamin.“ Tutup Moebakir. (MM)